top of page
  • Gambar penulisAmanDariCOVID19

#KebunBerdaya

Tanaman hias memang sedang menjadi trend di beberapa tahun ke belakang, bahkan kebanyakan dari pecinta hobi ini berhasil menyulap kamar atau tempat tinggalnya menggunakan tanaman hias sebagai interior yang apik! Namun, bagaimana dengan tanaman pangan?

Apakah kita memiliki ketertarikan yang sama dengan jenis tanaman yang ini?


Foto: Dok. instagram.com/nakedplant.bali

Bisa dikatakan, semua aspek masyarakat terdampak oleh pandemi COVID-19 ini, baik di kota ataupun di pedesaan. Lalu, apa yang seharusnya kita lakukan? Dengan terbatasnya ruang gerak yang ada saat ini, sedangkan kebutuhan terus mendesak, tuntutan sendiri terus melaju tanpa memperhitungkan pandemi ataupun tidak, dan waktu yang terus bergulir. Kami sadar, bahwa ini tidak mudah untuk dilewati begitu saja.

 

Satu cerita menarik muncul dari sekelompok warga di Banjar Tegeh Sari, Desa Pakraman Tonja, Denpasar. Daerah ini adalah lingkungan perkotaan yang sangat padat. Penuh dengan berbagai jenis usaha dan perumahan. Bisa dibilang tipikal perkotaan yang sangat heterogen. Sebelum pandemi, sebenarnya telah muncul inisiatif di daerah ini untuk mengelola limbah dapur warga, dalam bentuk bank sampah dan pembuatan kolam lele. Inisiatif ini menjadi nilai tambah yang dibangun oleh masyarakat secara mandiri.


Diskusi inisiatif komunitas di Kebun Pinguin

Dengan semakin maraknya penyebaran COVID-19, dampak mulai terasa dan menyebar merata terutama bagi mereka yang berada di wilayah perkotaan. Ditambah lagi dengan kebijakan terkait penanganan COVID-19 yang kerap berubah. Perlahan, ketahanan pangan mulai menjadi bahan pertimbangan serius. Tak terkecuali untuk warga di Banjar Tegeh Sari. Beberapa di antara mereka mulai berpikir apa yang dapat dilakukan dalam situasi saat ini, bagaimana beradaptasi, dengan memanfaatkan apa yang mereka miliki. Mereka pun mulai mencari cara untuk memanfaatkan sistem pemilahan sampah rumah tangga yang sudah berjalan. Mengolah sampah organik rumah tangga untuk dapat kembali lagi ke rumah tangga dalam bentuk pupuk. Pupuk ini akan menjadi penyubur tanaman di rumah-rumah.


Dari sini, muncullah ide untuk membuat kebun-kebun rumah tangga bagi warga di banjar ini, hanya dengan memanfaatkan lahan kecil dan terbatas tipikal rumah perkotaan pada umumnya. Hasil dari kebun ini sangat bermanfaat, baik dalam bentuk tanaman sayuran, buah, tanaman herbal, bahkan tanaman yang hasil buah atau daunnya bisa dimanfaatkan sebagai keperluan ibadah. Selain itu, kegiatan berkebun di rumah tangga ini juga dapat menjadi tambahan kegiatan yang sangat positif untuk kegiatan di rumah, sekaligus sarana edukasi untuk anak-anak supaya bisa mengenal tanaman sebagai makhluk hidup yang harus turut kita jaga kelestariannya. Selain itu yang tidak kalah penting adalah, dengan berkebun mandiri, kita juga bisa juga menghemat biaya berbelanja sayuran, dan mengurangi keharusan keluar rumah untuk berbelanja sayuran.


Bibit-bibit sayuran di Kebun Sari Dewi

Inisiatif ini membangkitkan antusias bersama. Kelompok-kelompok warga menunjukkan minat, memberikan berbagai masukan. Sebagai tahap awal, warga sepakat untuk membangun “Kebun Percontohan” atau kebun bersama yang dikerjakan oleh berbagai kelompok. Warga setempat, bahkan dari kelompok pecalang hingga karang taruna, terlibat aktif dalam inisiasi gerakan ini. Area untuk kebun bersama ini berada di lahan kosong yang terbengkalai di lingkungan banjar, dan rencananya akan ada 2 kebun percontohan yang dikelola oleh kelompok pecalang dan kelompok karang taruna. Kedua kebun ini akan menjadi pusat belajar bersama dalam membangun ketahanan pangan, yang mereka sebut dengan #KEBUNBERDAYA atau kebun yang bisa membangun pemberdayaan masyarakat dalam membangun kemandiriannya.


Proses gotong-royong di salah satu kebun percontohan, Kebun Corona

Sembari menunggu pembangunan kebun bersama berjalan, beberapa warga mulai melakukan proses riset. Untuk saat ini, kebun rumah tangga akan merangkul antara 150 sampai 200 KK. Anggota keluarga di setiap rumah tangga akan didata, untuk menentukan tanaman spesifik yang sesuai dengan kebutuhan rumah tangga dan sesuai dengan luas lahan setiap rumah. Yang menjadi sasaran utama adalah kelompok rentan, yaitu orang tua, ibu hamil, balita, dan juga penyandang disabilitas karena mereka membutuhkan asupan nutrisi spesifik yang diharapkan setidaknya secara minimal dapat terpenuhi dari jenis-jenis tanaman yang ditanam di kebun rumah tangga mereka. Misal, tanaman kelor yang mengandung banyak gizi serta lemak yang baik untuk lansia, jeruk nipis, adas, dan kencur yang bisa dipakai sebagai obat batuk anak usia 9 - 12 bulan, pohon kayu manis (katu) yang baik untuk membantu produksi ASI, serta tanaman pangan seperti tomat, terong, cabe, bayam, dll. untuk memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari.


Selain warga, kelompok pecalang, kelompok karang taruna, beberapa komunitas lain turut terlibat dalam kegiatan kebun rumah tangga ini. Anggota komunitas ini adalah para pekerja serabutan, yang akan bekerja membuat kantong tanam. Komunitas Kebun Kalpataru yang terletak di Sanur akan menyuplai benih organik di program kebun rumah tangga ini. Dan ada juga gerakan #AmanDariCOVID19, yang bergerak untuk menyebarkan media terkait penanganan pandemi dan juga turut menyebarkan informasi seputar Kebun Berdaya.


Tujuan gerakan ini sederhana, kami ingin menyediakan bahan pangan segar bergizi untuk keluarga dan masyarakat di lingkungan tempat tinggal mereka masing-masing.
0 komentar

Postingan Terakhir

Lihat Semua
bottom of page